FILOSOFI KOPI ATAU BANGUN GEDUNG?

Posted: Maret 23, 2009 in Uncategorized

Impian mahasiswa jurusan ilmu komunikasi Uin Suska
untuk menjadi Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM)

Sebuah filosofi yang selalu berdasar kepada hakekat objek filosofnya sehingga suatu waktu akan menjadi filosofi yang sejati. Menguak sebuah filosofi kopi adalah bagaikan menembus jawaban di batas gunung. Kopi adalah sebuah bahan racikan minuman yang telah entah-berantah tahun penemuannya di temukan. Artinya kopi sudah lama di kenal. Namun masih sedikit sekali yang mengetahui sedikit tentang banyak hal filosofi kopi. Ini adalah fenomena, tragis yang selalu tampak di depan mata.


Mencari sejatinya kopi adalah bisa di katakana mustahil, kenapa? Karena banyak penikmat kopi di dunia ini hanya mengenal rasa dan aroma kopi saja. Sebuah fenomena terjadi kebanyakan adalah pada malam hari. Para seniman, sineas dan pekerja seni lainnya seolah telah bagai menuhankan kopi. Artinya begini, kopi adalah bagian hidup yang tak bisa lepas dari raga. Dan berteman kehidupan adalah rokok. Untuk menggapai sebuah ide yang gemilang perlu sebuah inspirasi dan motifator ganda seperti yang terdapat pada kopi.

Ketika kopi akan menjadi sebuah objek kajian seni, maka sebagian seniman enggan. Ini karena kopi bisa di bilang di atas setingkat lebih tinggi dari bahu. Kopi bisa menjadi angkuh melebihi pengkaji filosofis kopi. What? Ya, itu karena kopi menjadi bahan utama inspirator seniman di atas meja dengan tumpukan ide.

Bagian dari pelajaran dari bangku kuliah adalah mencari ilmu dan menerapkan dalam kehidupannya. Yang salah ya di luruskan, yang benar di kaji lebih dalam kebenarannya. Ketika sebuah kenyataan tidak sesuai, maka pelaku akademisi adalah menyampaikan saran, kritik, bahkan hingga harus demonstrasi. Hal itulah yang jarang terjadi, yaitu poin saran dan kritik. Yang sering malahan demo, ini karena demonstrasi telah mendarah daging para akademisi untuk menyampaikan ide. Ini bisa terjadi karena apabila saran dan kritik selalu hanya di pandang sebelah mata. Yang patut di pertanyakan adalah, mengapa hal itu terjadi sebuah kebijakan miring terhadap akademisi seperti mahasiswa.

Berawal dengan sebuah kekecewaan yang dalam, impian untuk memperjuangkan pun akhirnya tercetus. Ini adalah impian mahasiswa jurusan ilmu komunikasi uin suska riau. Kekecewaan berawal ketika semakin tidak jelasnya masadepan jurusan tersebut. Sementara peminat dari jurusan tersebut dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena keilmuan tersebut benar-benar berpengaruh dalam kehidupan dan implikasi kehidupan sehari-hari. Sebuah harapan besar terjadi bahwa mahasiswa menelan kekecewaan dari hal tersebut. Jurusan ilmu komunikasi yang bernaung di bawah fakultas dakwah dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan yang berarti. Hal ini terjadi karena jurusan tersebut di bawah naungan fakultas agama, sehingga kebijkan-kebijakan berat sebelah antara kepentingan jurusan umum dan agama. Karena berbedanya objek kajian keilmuan tersebut ternyata di sebuah sungai ada dua rasa air, satu tawar dan satu asin.

Hingga pada akhirnya sebuah gelarpun di pertanyakan. Gelar apa yang cocok buat mahasiswa ilmu komunikasi uin suska? S.Ag, S.Sos, atau S.Ikom (sarjana ilmu komunikasi). Mengenai gelar tersebut adalah kesetaraan gelar dan pendidikan. Berbagai universitas di Jakarta dan jawa sudah memakai gelar tersebut. Hal ini adalah imbas ketika fakultas ilmu komunikasi menaungi jurusan ilmu komunikasi yang di dalamnya terdapat berbagai jurusan seperti: Jurnalistik, Periklanan, Public Relatiom, Broadcasting, Menejemen Komunikasi, Perpustakaan. Sehingga dalam jurusan tersebut benar-benar menjadi konsentrasi penuh dari keilmuan tersebut.

Maka fenomena tersebut akan sama dengan filosofi kopi yang tidak ada ujung dan pangkalnya. Dimana para user saling tarik menari kepentingan untuk sebuah kepentingan pribadi. Dan inilah perjuangan gedung untuk sebuah fakultas ilmu komunikasi yang di impikan tidak hanya mahasiswa ilmu komunikasi uin suska tetapi seluruh mahasiswa yang ada di Indonesia yang mempunyai jurusan ilmu komunikasinya. Secara kajian kasat mata, riau akan bersaing untuk berlomba memenuhi selera sesuai kebutuhan pada akademisi yang memenuhi standar nasional maupun ganda. Hinga pada akhirnnya jurusan ilmu komunikasi uin dapat bersaing dengan universitas lain dan menjadi kebanggan bersama. Hidup ilmu komunikasi, hidup pendidikan, hidup masa depan.

Shodik Purnomo
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasai
Uin Suska Riau
Sekretaris Jendral Administrasi
Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI)

Komentar
  1. faqih berkata:

    wah saya setuju.
    jurusan ilmu komunikasi di UIN susqa sudah tak sejalan jika terus-terusan berada dalam lingkup FAKULTAS DAKWAH.
    mari berpisah….

Tinggalkan komentar